Selamat datang di Blog kami Macam - macam upacara adat di Cirebon Langsung ke konten utama

Macam - macam upacara adat di Cirebon

Hai bertemu lagi bersama saya Nada kali ini saya akan memposting tentang macam - macam upacara adat yang ada di Cirebon dan buat kalian yang ingin tau bisa baca dibawah ini yaa;)
Macam - macam upacara adat di Cirebon
Cirebon merupakan salah satu daerah yang dulunya dipimpin oleh Sunan Gunung Jati yang merupakan salah satu wali penyebar agama islam. Maka tidak heran jika adat istiadat yang menjadi kebudayaan asli Cirebon saat ini, dipengaruhi oleh unsur islam yang kental.

1. SYAWALAN GUNUNG JATI

Oleh-oleh Khas Cirebon MAMI - Syawalan Gunung Jati merupakan tradisi ziarah pada bulan syawal setelah idul fitri ke makam Sunan Gunung Jati. Pada bulan ini, masyarakat Cirebon biasa melakukan ziarah dan tahlilan di makam Sunan Gunung Jati Cirebon. Setiap Syawalan biasanya tempat ziarah makam Sunan Gunung Jati dipenuhi para peziarah hampir dari semua daerah Cirebon dan daerah lain di sekitarnya. Tradisi yang dinamakan syawalan ini telah berlangsung selama ratusan tahun dan selain untuk menghormati Sunan Gunung Jati para peziarah datang ke makam ini untuk mengharapkan berkah yang melimpah.
Sejak pagi hingga siang hari ribuan warga silih berganti mendatangi komplek Makam Sunan Gunung Jati yang terletak di Istana Agung, Cirebon. Mereka datang secara berombongan untuk melakukan ziarah kubur yang jatuh pada 7 Syawal atau yang lazin disebut Syawalan. Mereka datang dari berbagai kota di Pulau Jawa. Selain warga masyarakat, para kerabat dan keturunan Sunan Gunung Jati dari Keraton Kanoman juga melakukan ziarah. Tradisi ini sudah dilakukan ratusan tahun yang lalu semejak Sunan Gunung Jati atau Syeih Syarif Hidayatullah wafat pada tahun 1568. Selain untuk menghormati jasa Sunan Gunung Jati sebagai ulama penyebar agama Islam di Jawa, para penziarah juga berharap mendapat barokah setelah berziarah.
Para penziarah umumnya membawa kembang 7 rupa yang dicampur uang receh. Kembang tersebut dilemparkan ke pintu utama Makam Sunan Gunung Jati yang disebut Lawan Gede. Sebagai bentuk pengharapan barokah, para penziarah lalu mengambil kembali bunga tersebut untuk dibawa pulang. Sementara uang receh dikumpulkan pengurus makam untuk biaya perawatan dan pembangunan sarana di Komplek Makam Gunung Jati.
Oleh-oleh Khas Cirebon MAMI - Menurut seorang penziarah dari Brebes, Imam Muhammad ia datang ke Makam Gunung Jati ini mengingat dan menghormati jasa para Walisongo dalam menyebarkan agama Islam.Keramaian tradisi syawalan ini sempat membuat jalur alternatif Pantura, Ciroben kearah Ampel macet karena komplek makam terletak tidak jauh dari jalan raya. Kondisi ini rutin terjadi setiap tahun karena tradisi syawalan memang bertepatan dengan puncak arus balik. Tradisi Grebeg Syawal digelar setiap tujuh hari setelah hari raya Idul Fitri. Sultan Kanoman beserta keluarga, kerabat dan abdi dalem menggelar Syawalan atau dikenal dengan Grebeg Syawal.
Dimulai pukul 6.00 WIB, Sultan Kanoman Emirudin beserta keluarga dan kerabat berkumpul di Pendopo Djinem. Setelah itu bersama-sama menuju pemakaman Sunan Gunung Jati.
Menurut adik kandung Sultan Emirudin, Ratu Raja Arimbi Nurtina, S.T., tradisi ini dilakukan tanpa prosesi khusus, hanya ziarah keluarga ke makam karuhun Sunan Gunung Jati. Dahulu tradisi Syawalan dilakukan dengan kendaraan gajah dan kuda. Diikuti masyarakat di belakangnya dengan berjalan kaki menuju makam Sunan Gunung Jati, yang jaraknya enam kilometer dari Keraton Kanoman.
Di Gunung Jati, sultan beserta rombongan menuju ke Gedong Gusti, tempat dimakamkannya Sunan Gunung Jati. Untuk masuk ke sana sultan harus melewati beberapa pintu. Pintu pertama Penganten, lalu Beling, Dalem, Pasujudan, Pandan, Gapura Candi Bentar, Kaca Bacem, dan terakhir Djinem.
Di depan makam, Sultan Emirudin membaca tahlil dan mengirimkan doa serta Al-Fatihah kepada Sunan Gunung Jati dan waliyullah lain. Sekitar dua jam sultan berdoa. Begitu selesai, keluar dan menyawer uang logam yang diperebutkan masyarakat.
Nasi dan lauk pauk sengaja dibawa dari Keraton dalam jumlah banyak diperuntukkan bagi masyarakat yang menghadiri acara itu. Setelah acara makan-makan, sebelum kembali ke Keraton, Sultan memanjatkan doa diikuti masyarakat.
Tradisi Syawalan sudah berlangsung ratusan tahun dan hingga kini masih memiliki daya tarik, terutama bagi masyarakat pedesaan. Harapan mereka agar memperoleh berkah dari Allah, keselamatan, dan rezeki yang dimudahkan.

2. GANTI WALIT

Oleh-oleh Khas Cirebon MAMI - Ganti Walit adalah upacara adat di makam kramat Trusmi Cirebon. Upacara yang dilaksanakan setiap tahun di Makam Kramat Trusmi ini bertujuan untuk mengganti atap makam keluarga Ki Buyut Trusmi yang menggunakan Welit (anyaman daun kelapa). Upacara ini dilakukan oleh masyarakat Trusmi Cirebon. Biasanya dilaksanakan setiap tanggal 25 bulan Maulud. Pada Waktu Mbah kuwu Cirebon yang bernama Pangeran Cakrabuana hijrah dari Cirebon ke sebuah Daerah yang sekarang disebut Trusmi, mbah Kuwu Cirebon berganti pakaian memakai baju kyai yang tugasnya menyebarkan ajaran agama Islam. Hingga sekarang ia dikenal dengan nama Mbah Buyut Trusmi.
Mbah Buyut Trusmi adalah putra dari Raja Pajajaran Prabu Siliwangi yang datang ke Trusmi disamping menyebarkan agama Islam juga untuk memperbaiki lingkungan kehidupan masyarakat dengan mengajarkan cara-cara bercocok tanam. Pangeran Manggarajati ( BUNG CIKAL ) putra pertama Pangeran Carbon Girang, yang di tinggal mati ayahnya ketika Bung Cikal kecil. Kemudian Bung Cikal diangkat anak oleh Syekh Syarif Hidayatullah ( Sunan Gunung Jati ) dan diasuh oleh Mbah Buyut Trusmi.
Oleh-oleh Khas Cirebon MAMI - Kesaktian Bung Cikal sudah terlihat sejak masih kecil yang sakti mandraguna. Salah satu kebiasaan Bung Cikal adalah sering merusak tanaman yang ditanam oleh Mbah Buyut Trusmi. Teguran dan Nasehat Mbah Buyut Trusmi selalu tidak di hiraukannya, namun yang mengherankan, setiap tanaman yang dirusak Bung Cikal tumbuh dan bersemi kembali sehingga lama kelamaan pedukuhan itu dinamakan TRUSMI yang berarti terus bersemi. (Pedukuhan Trusmi berubah menjadi sebuah Desa di perkirakan tahun 1925, bersamaan dengan meletusnya perang Diponegoro ).
Bung Cilkal meninggal ketika menginjak usia remaja dan dimakamkan di puncak Gunung Ciremai. Konon pada akhir zaman akan lahir RATU ADIL, titisan dari Pangeran Bung Cikal. Setelah Mbah Buyut Trusmi meninggal, ia digantikan KiGede Trusmi, orang yang ditaklukkan Mbah Buyut Trusmi, dimana kepemimpinan Trusmi dilanjutkan oleh keturunan Ki Gede Trusmi secara turun temurun.
Desa Trusmi termasuk wilayah Kecamatan Weru, dan telah dimekarkan menjadi dua yaitu Desa Trusmi Wetan dan Trusmi Kulon. Situs Ki Buyut Trusmi merupakan peninggalan Mbah Buyut Trusmi terletak di Trusmi Wetan. Bangunannya terdiri dari Pendopo, Pekuncen, Mesjid Kuno, Witana, Pekulaha/Kolam, Jinem, Makam Buyut Trusmi dam Pemakaman Umum. Situs Buyut Trusmi dipelihara dan dikelola oleh keturunan dari Ki Gede Trusmi hingga sekarang, yang semuannya berjumlah 17 orang yang terdiri dari 1 orang pemimpin, 4 orang kyai, 4 orang juru kunci, 4 orang kaum/pengelola mesjid, dan 4 orang pembantu/ kemit. Acara tradisional yang masih tetap dilestarikan sampai sekarang diantaranya : Arak-arakan, Memayu, Ganti Welit dan Trusmian atau Selawean yaitu acara memperingati lahirnya Nabi Muhammad SAW.

3. RAJABAN

Oleh-oleh Khas Cirebon MAMI - Rajaban adalah tradisi upacara dan ziarah ke makam Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan di Plangon. Rajaban umumnya dihadiri oleh para kerabat dari keturunan kedua pangeran tersebut. Ziarah ini dilaksanakan setiap tanggal 27 Rajab. Obyek wisata ini terletak di Plangon Kelurahan Babakan Kecamatan Sumber, kurang lebih 1 Km dari pusat kota Sumber.
Peringatan hari Isra' Mi'raj Nabi Muhammad diperingati umat Islam dengan beragam kegiatan. Di Cirebon, Jawa Barat, sejumlah umat memperingatinya dengan ziarah ke Makam Plagon yang dianggap sebagai makam keramat. Karena hari Isra' Mi'raj yang jatuh pada 27 Rajab bertepatan dengan wafatnya  Pangeran Kejaksan yang merupakan tokoh penyebar agama Islam di Cirebon. Setiap tanggal 27 Rajab kalender Hijriah, masyarakat Cirebon memiliki tradisi unik yang dinamakan Rajaban. Ribuan warga berbondong-bondong mengunjungi Plangon di Kecamatan Sumber. Daya tarik utama wisata Plangon adalah tempat habibat kera ekor panjang. Namun disamping sebagai tempat wisata alam, Plangon juga merupakan tempat yang dianggap kramat. Di puncak bukit Plangon, terdapat makam dua tokoh penyebar agama Islam yakni Pangeran Kejaksan dan Pangerang Panjunan.

4. MULUDAN

Oleh-oleh Khas Cirebon MAMI - Muludan merupakan upacara adat yang dilaksanakan setiap bulan Mulud (Maulud) di Makam Sunan Gunung Jati. Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan /menyuci Pusaka Keraton yang dikenal dengan istilah ”Panjang Jimat”. Kegiatan ini dilaksanakan setiap tanggal 8-12 Mulud. Sedangkan pusat kegiatannya berada di sekitar Kraton Kasepuhan.
Menjelang hari perayaan kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW, yang jatuh setiap tanggal 12 Rabiul Awal, (atau kalau dalam penanggalan Jawa jatuh pada bulan Mulud) di kota Cirebon biasa diadakan festival rakyat yang biasa disebut Muludan. Sebulan sebelumnya di alun-alun keraton Kasepuhan dan Kanoman dibuat lapak-lapak tempat orang berjualan pakaian, mainan dan makanan, menyediakan jasa ramal, menyediakan arena permainan anak, dll. Sama dengan acara Sekatenan yang biasa diadakan di Yogya dan Solo. Beberapa mainan tradisional masih dijajakan disini, mencoba bertahan dari gempuran teknologi di era Playstation, Game PC dan Game Online. Ada kapal "klothok" yang terbuat dari seng, dan untuk menjalankannya dipakai bahan bakar minyak tanah, mainan masak-masakan dari anyaman bambu, seng atau gerabah, atau topeng, boneka bouraq dan beberapa karakter wayang golek. Selain itu jajanan khas Cirebon tentunya juga banyak tersedia disini, hanya saja, dimusim Muludan seperti ini, biasanya mereka memasang harga sedikit lebih mahal dari biasanya. 
Oleh-oleh Khas Cirebon MAMI - Seperti halnya keraton-keraton lain yang ada di pulau Jawa, tiga Keraton, yaitu Kasepuhan , Kanoman, Kacirebonan pada tepat tgl 12 Mulud pun diadakan prosesi Grebeg Mulud yaitu acara Panjang Jimat. Suasana panjang jimat sendiri adalah menceritakan proses Nabi Muhamad semenjak masih dalam kandungan hingga kelahirannya yang di ceritakan lewat simbol-simbol.
Prosesi Panjang Djimat sendiri baru dimulai pada jam 9 malam yang diawali dari Keraton yang nantinya diiringi iring-ringan yang membawa Panjang Djimat dan beberapa pusaka dari Bangsal Agung Panembahan ke Langgar Agung. Di langgar agung sebelum rombongan iring-iringan yang membawa Panjang Jimat kembali ke Bangsal Agung, terlebih dahulu diadakan acara pembagian sega rosul untuk masyarakat yang konon mengandung barokah. Sega rosul sendiri diyakini masyarakat sebagai sega (nasi) yang mengandung barokah karena bahan bakunya dihasilkan dengan cara alami yaitu dari gabah disisil (membuka kulit gabah dengan menggunakan tangan dan mulut) oleh perawan sunti.
Panjang Djimat sendiri berupa piring lodor besar buatan china yang berdekorasi Kalimat Syahadat bertulisakan huruf Arab yang diyakini dibawa langsung oleh Sunan Gunung Djati. Sebanarnya acara panjang djimat ini sendiri hanya mengingatkan kita bahwa Panjang Djimat berarti; Panjang berarti dawa (panjang) tak berujung, Djimat berarti Si (ji) kang diru (mat). Artinya tulisan Syahadat yang tertulis di piring tersebut supaya selalu kita pegang selamanya sebagai umat muslim hingga akhir hayat.

5. SELAWEAN TRUSMI

Oleh-oleh Khas Cirebon MAMI - Selawean Trusmi merupakan salah satu kegiatan ziarah yang dilaksanakan di Makam Ki Buyut Trusmi. Dalam ziarah, biasanya diisi dengan tahlilan di makam Ki Buyut Trusmi. Selawean (bahasa Cerbon) berarti dua puluh lima, oleh karena itu kegiatan ini dilaksanakan setiap tanggal 25 bulanMulud.

6. NADRAN

Oleh-oleh Khas Cirebon MAMI - Nadran atau pesta laut, sesuai dengan namanya dilaksanakan oleh masyarakat nelayan sebagai upacara terima kasih kepada Sang Pencipta (Allah SWT) yang telah memberikan rezeki dengan tujuan untuk mengharapkan keselamatan.
Upacara Nadran dilaksanakan hampir sepanjang pantai (tempat berlabuh para nelayan) dengan kegiatan yang sangat bervariasi. Upacara ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Menjelang tradisi nadran diselenggarakan karnaval yang menampilkan Ratusan replika berbagai bentuk memeriahkan kegiatan tersebut. Replika-replika yang akan diarak tersebut merupakan hasil karya masyarakat dari sejumlah kecamatan seperti Kecamatan Gunung jati, Kapetakan, Mundu, Gegesik, Tengah Tani, Suranenggala dan lainnya.
Karnaval melalui rute Makam Sunan Gunung Jati sampai di Krucuk (depan Gedung Negara). Tentunya melewati depan kompleks PERTAMINA. Karnaval tersebut melumpuhkan arus lalu lintas Cirebon - Indramayu sepanjang Jumat  siang sekitar pukul 14.00 hingga 18.00 WIB. Ribuan warga dari berbagai desa penasaran ingin menyaksikan jalannya acara pra nadran yang baru digelar Sabtu Sejak pukul 13.00 WIB warga dari sejumlah kecamatan asal Kabupatean dan Kota Cirebon berdatangan ke kompleks kramat Astana Gunungjati dan sepanjang pinggiran jalan Desa Astana hingga Desa Klayan yang menjadi rute arak-arakan yang diikuti berbagai desa dari sejumlah kecamatan tersebut.
Waktu penyelenggaraan karnaval setiap tahun tetap berlangsung bakda Jumat dan biasanya menjelang musim tanam hingga masyarakat gampang mengingatnya.

Nah itu dia yang bisa saya bahas mohon maaf bila ada kesalahan semoga postingan saya di atas itu bisa membantu kalian semua yaaa terimakasih.:)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rute Angkot di Kota Cirebon

Assalamuallaikum ... halo teman-teman kembali lagi bersama saya Risa Lidyawati,pada postingan kali ini saya akan memberikan informasi seputar rute angkot yang ada di kota cirebon.warna angkotnya adalah warna biru telor asin lohh hehe (jadi pengen telor asin nihh:v) ,yukk langsung aja saya tuliskan beberapa rute angoktnya Trayek Angkutan Umum kota di Cirebon berdasarkan Keputusan Walikota Cirebon No. 05 Th 1997 diantaranya:  1. Jaringan Trayek Angkutan Kota D -1/AX * Teminal Dukuh Semar - * Jl. Elang - * Jl. Rajawali - * Perumnas Selatan - Jl. A Yani - Jl. Kalijaga - Jl. Kesunean - Jl. Yos Sudarso - Jl. Benteng - Jl. Sisingamangaraja - Jl. Cemara - Jl. Veteran - Jl. Kartini - Jl. Dr. Wahidin - Jl. Slamet Riyadi - Jl. Diponegoro - Jl. Samadikun - Jl. Sisingamangaraja - Jl. Syarief Abdurakman - Jl. Kantor - Jl. Yos Sudarso - Jl. Kesunean - Jl. Kalijaga - Jl. A. Yani - Perumnas Selatan - * Perumnas Utara - * Jl. Elang - * Terminal Dukuh Semar   2. Jaringan Trayek di Perumnas Selatan

Pasar Balong Cirebon

Pasar Balong merupakan wilayah perekonomian  rakyat, setelah Pasar Kanoman dan Pasar Esoek. Pada masa Belanda, pusat keramaian ada pada daerah-daerah Pasuketan, Pekiringan, Pertatean dan Pekalipan. Nah,  untuk memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat setempat, pemerintah Belanda membangun pasar yang kini dikenal  sebagai “Pasar Balong”. Pada masa Walikota H.Moh Dasawarsa (1983 – 1988). pemerintah kota membangun pasar swalayan di lokasi Pasar Balong dengan bangunan berlantai empat. Lantai dasar digunakan untuk pedagang Pasar Balong yang semula menempati pasar tersebut. Lantai dua dan tiga digunakan untuk pasar swalayan Matahari Dept. Store dan lantai empat digunakan untuk gedung  bioskop VIP. Pasar tersebut merupakan pasar swalayan pertama yang ada di Kota Cirebon yang diberi nama Balong Indah Plaza (BIP) dibangun dari 1985 selesai 1987 (Oom Ambari dkk, Sekilas Sejarah Pemerintahan Kota Cirebon, Bapusipda 2011). Pada puncak kejayaannya di tahun 1990an pasar swalayan tersebut menja

Gedung Negara Cirebon

Gedung Negara Cirebon Gedung Negara terletak di Jalan Siliwangi No. 14 Kampung Krucuk, Kelurahan Kesenden, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon, Provinsi Jawa Barat, atau tepatnya berada ujung pertigaan Jalan Siliwangi menuju arah situs Sunan Gunung Jati atau bundaran Krucuk. Gedung Negara merupakan bangunan kolonial yang dahulu digunakan sebagai tempat peristirahatan para petinggi Hindia Belanda. Sekarang, Gedung Negara ini dipakai sebagai Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Unit Pelayanan Perijinan (Outlet) Wilayah Cirebon Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan sering dijadikan pusat pagelaran kegiatan seni dan budaya tingkat nasional. Awalnya, bangunan gedung ini adalah Cheribon Residentwoning atau Kantor Karesidenan Cirebon yang dibangun pada tahun 1865. Bangunan ini didirikan semasa kepemimpinan Albert Wilhelm Kinder De Camurecq di Karesidenan Cirebon. Kondisi bangunan ini masih terjaga keasliannya, hanya dibelakang gedung ini terdapat tambahan bangunan baru. Gedung ini m